LG Batal Investasi, Perusahaan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal Korea Selatan yakni LG memutuskan untuk menarik investasinya dalam rencana proyek ekosistem baterai EV di Indonesia.
Kabar mengejutkan datang dari sektor industri kendaraan listrik di Indonesia. Raksasa teknologi asal Korea Selatan, LG Energy Solution, dikabarkan membatalkan rencana investasinya dalam proyek pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (baterai EV) di Tanah Air. Padahal, proyek ini digadang-gadang menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Rencana Investasi Besar-besaran yang Kini Gagal Terwujud
Sebelumnya, LG bersama konsorsium Hyundai telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia untuk membangun pabrik baterai EV senilai lebih dari USD 9 miliar. Proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk menjadi pusat produksi dan ekspor kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara.
Namun, hingga awal 2025 ini, kabar terbaru menyebutkan bahwa LG mengundurkan diri secara diam-diam dari rencana mega proyek tersebut.
Biang Kerok di Balik Mundurnya LG dari Proyek Baterai EV
Berdasarkan informasi yang beredar, terdapat beberapa alasan utama yang diduga menjadi penyebab LG batal berinvestasi di sektor baterai EV Indonesia:
-
Ketidakpastian Regulasi dan Prosedur Birokrasi
-
Proses perizinan yang lambat dan regulasi yang kerap berubah dianggap menjadi penghambat utama. Investor global seperti LG membutuhkan kepastian hukum dan iklim investasi yang kondusif.
-
-
Persaingan Global yang Ketat
-
Negara-negara seperti Vietnam dan Thailand menawarkan insentif yang lebih menarik serta proses yang lebih cepat dalam hal realisasi investasi di sektor green energy dan kendaraan listrik.
-
-
Perbedaan Strategi Bisnis
-
Beberapa sumber menyebutkan bahwa LG kini lebih fokus memperkuat lini produksinya di negara-negara yang sudah memiliki basis pasar kendaraan listrik yang matang, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
-
-
Keterlambatan Infrastruktur Pendukung
-
Meskipun Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, infrastruktur pendukung seperti logistik, energi hijau, dan fasilitas pengolahan belum sepenuhnya siap untuk mendukung rantai pasok baterai EV.
-
Dampak terhadap Industri Kendaraan Listrik di Indonesia
Keputusan LG ini tentu menjadi pukulan bagi ambisi Indonesia dalam membangun rantai pasok kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Meski begitu, pemerintah menyatakan akan terus membuka pintu investasi dan memperbaiki regulasi agar investor tidak ragu menanamkan modalnya.
Sejumlah pihak mendesak agar pemerintah segera mempercepat reformasi birokrasi dan memberikan insentif fiskal maupun non-fiskal yang lebih kompetitif agar tidak kehilangan momentum dalam transisi ke energi ramah lingkungan.
Optimisme Tetap Terjaga
Meski LG mundur, industri kendaraan listrik di Indonesia masih memiliki prospek cerah. Beberapa perusahaan lain seperti CATL dan BYD dari Tiongkok masih menunjukkan komitmennya dalam membangun pabrik baterai maupun kendaraan listrik di Indonesia.
Pemerintah pun menegaskan bahwa mereka tengah menjajaki kemitraan baru untuk menggantikan posisi LG dalam konsorsium baterai EV nasional.
Q & A Dengan Topik Samsung Batal Invertasi Baterai EV Di RI Dengan Narasumber Dr Arief Gunawan, Pengamat ekonomi international, Ir Nadia Prasetyo, Pakar Tekonologi Energi Terbarukan,Dan Dr Rizal Mulyadi, Ekonom Senior Universitas Indonesia
Apa benar LG batal investasi baterai EV di Indonesia?
A: Ya, kabar tersebut dikonfirmasi oleh beberapa sumber terpercaya di sektor industri. LG Energy Solution (LGES), yang sebelumnya digadang-gadang akan menjadi mitra utama Indonesia dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV), dikabarkan mundur dari rencana investasi besar tersebut.
Apa alasan utama LG batal investasi di sektor baterai EV Indonesia?
A: Menurut Dr. Rizal Mulyadi, ekonom senior dari Universitas Indonesia, penyebab utamanya adalah ketidakpastian regulasi dan birokrasi yang lambat.
“Investor seperti LG butuh kepastian. Ketika regulasi berubah-ubah dan perizinan memakan waktu, itu menjadi red flag bagi investasi jangka panjang seperti baterai EV,” jelas Dr. Rizal.
Selain itu, tantangan teknis dan komersial juga menjadi pertimbangan.
Bagaimana pandangan dari sisi teknologi?
A: Ir. Nadia Prasetyo, seorang pakar teknologi energi terbarukan, menilai bahwa Indonesia belum sepenuhnya siap dari segi infrastruktur pendukung.
“Ekosistem baterai EV itu bukan hanya soal pabrik, tapi juga supply chain, R&D, dan SDM terlatih. Kita masih tertinggal dalam hal ini dibandingkan negara seperti Korea Selatan atau Tiongkok,” kata Nadia.
Apakah proyek kerja sama dengan Hyundai masih berjalan?
A: Menurut beberapa sumber, proyek dengan Hyundai Motor Group tetap berjalan meskipun LG mundur dari skema awal. Namun, skala dan kapabilitas proyek diperkirakan akan disesuaikan ulang.
Apa dampaknya bagi Indonesia secara ekonomi?
A: Kegagalan investasi ini memberikan sinyal buruk terhadap iklim investasi di Indonesia, khususnya di sektor ekonomi hijau dan energi terbarukan.
Dr. Arief Gunawan, pengamat ekonomi internasional, menambahkan:
“Jika Indonesia ingin jadi pemain utama di industri EV, harus ada pembenahan dari sisi regulasi dan konsistensi kebijakan. Jangan sampai investor besar satu per satu hengkang,” tegasnya.
Apa langkah pemerintah selanjutnya?
A: Pemerintah melalui Kementerian Investasi menyatakan akan melakukan evaluasi dan membuka peluang negosiasi ulang. Selain itu, mereka tengah menjajaki kerja sama dengan investor lain dari Eropa dan Amerika Serikat.
Kesimpulan
Batalnya LG berinvestasi di sektor baterai EV Indonesia menjadi sinyal penting bagi pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, menyederhanakan regulasi, dan mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung. Agar mimpi menjadi pusat produksi kendaraan listrik Asia Tenggara tidak kandas, diperlukan kerja nyata, bukan hanya janji.